Rabu, 11 Mei 2011

kalimat langsung dan kaliamat tak langsung


1.      Kalimat Langsung
Merupakan ragam kalimat berita yang menyatakan peristiwa atau kejadian dari sumber lain secara langsung mengutip, menirukan atau mengulang kembali ucapan dari sumber tersebut.
Ciri-ciri kalimat langsung.
          Dalam bahasa tertulis digunakan tanda petik.
          Intonasi : bagian kutipan bernada lebih tinggi dari bagian yang lainnya.
          Susunan yang lazim.
Contoh :
Kata Desmon,” Anggel nanti pulangnya saya antar!”
“Anggel Nanti pulangkanya kamu saya antar ya?” kata Desmon.

2.      Kalimat tak langsung.
Merupakan ragam kalimat berita yang menyatakan peristiwa atau kejadian dari sumber lain yang susunannya diubah oleh pembicara, tidak mengucapkan kembali kalimat seperti sumber tersebut.
Ciri-ciri kalimat tak langsung.
         Tidak menggunakan tanda petik.
         Intonasi mendatar kemudian berubah menurun pada akhir kalimat.
         Pelaku yang dinyatakan pada isi kalimat langsung mengalami perubahan kata ganti orang.
         Menggunakan kata tugas : bahwa, agar, sebab, untuk, supaya, tentang dan sebagainya.
Contoh :
Webby mengatakan bahwa dia akan datang kerumahku nanti sore.



Kamis, 05 Mei 2011

sejarah bongasi


Sejarah Bonsai
http://duniabonsai.com/bonsai/2009/07/bonsai.jpg
Bonsai (bahasa Jepang: 盆栽, bahasa Mandarin: 盆栽, secara harfiah “tanaman di pot”) merupakan salah satu seni pemangkasan tumbuhan atau pohon dengan membesarkan tanaman di pot saja. Kultivasi termasuk teknik-teknik untuk pembentukan (shaping), pengairan (watering) dan pengepotan (repotting) di segala macam bentuk pot.
Berasal dari daratan China pada zaman Dinasti Han, ‘Bonsai’ adalah pelafalan bahasa Jepang untuk tanaman tersebut yang bahasa Mandarin -nya “pen zai”, yang ditandai dengan digunakannya karakter kanji. Kata ‘Bonsai’ di Barat digunakan untuk semua macam tanaman atau pohon miniatur yang ditanam di dalam wadah tertentu atau pot.
Dalam bahasa Jepang, bonsai berarti “tanaman di pot”. Biasanya akan berasosiasi dengan sebuah miniatur pohon yang ditanam di dalam pot atau kontainer. Pohon yang di bonsai umumnya berupa pohon berkayu (misalnya pohon beringin, dll) atau pohon buah-buahan dan kadang berupa pohon bunga. Bonsai yang baik dapat diletakkan diluar pekarangan sepanjang tahun.
Efek artistik dari bonsai dilihat dari keseimbangan dalam ukuran batang, daun, ranting bunga atau buah dan pot yang digunakan. Pot yang dipakai haruslah yang mendukung suasana pohon yang ditanam. Bonsai sekarang menjadi cukup populer termasuk di Indonesia.
Asalnya bonsai dipercayai mulai paling sedikitnya 4000 tahun lalu pada zaman Dinasti Han di China[rujukan?]. Sejak saat itu sudah dikembangkan ke bentuk-bentuk baru di bagian-bagian China, Jepang, Korea dan Vietnam.
Pada mulanya, orang-orang Jepang menggunakan pohon miniatur yang dibesarkan di wadah-wadah untuk mendekorasi rumah dan taman mereka. [1]. Pada zaman Zaman Edo, penanaman tersusun di kebun mendapat kepentingan yang baru. Kultivasi tanaman seperti azalea dan maple menjadi suatu hobi untuk masyarakat yang tingkat atas. Pada waktu tersebut, istilah yang dipakai untuk memanggil pohon kerdil yang dipotkan adalah 鉢の木 (hachi-no-ki)
Sedangkan kata Bonsai itu diserap dari bahasa Mandarin Pen-Zai (Pen = Pot – Zai = Pohon), sebelumnya dalam bahasa Jepang disebut “Hachi-no-ki” = Pohon di dalam Pot. Tidak bisa dipungkiri, bahwa Bonsai itu sebenarnya berasal dari Tiongkok. Seni mengerdilkan tumbuh-tumbuhan di Tiongkok lebih dikenal dengan sebutan Penjing (Pinyin). Pen = Pot/Wadah/Dulang - Ying = Panorama Alam.
Penjing itu adalah merupakan seni mengerdilkan tanaman dengan mengambil inspirasi dari bentuk panorama alam. Gambar siluet dari panorama alam inilah yang mereka tata dalam sebuah tanaman yang dikerdilkan, hingga tanaman itu berbentuk lukisan alam yang indah dan hidup.
Penjing bisa dibagi dalam tiga kategori: Penjing Pohon (Shumu Penjing), Penjing pemandangan/Alam (Shanshui Penjing), Penjing Air dan Tanah (Shuihan Penjing).
Asal muasalnya dari seni Penjing berdasarkan mitologi; konon ada seorang ahli sihir yang bernama Jiang Feng yang memiliki kemampuan menyihir sehingga apa saja yang disihir olehnya akan menjadi kecil.
Sedangkan He-Nian seorang pujangga ketika zaman Dinasti Yuan telah menulis beberapa puisi mengenai Penjing dan salah satu kalimatnya telah menjadi kredo: “Yang Terkecil menjadi Yang Terbesar”
Seni Penjing sudah dikenal sejak zaman Dinasti Tang, tetapi baru pada saat Dinasti Qin menjadi sangat terkenal dan digandrungi oleh para pejabat tinggi maupun para Bikshu, sehingga setiap tahunnya diadakan lomba seni Penjing.
Konon ketika kerajaan Shuhan terjadi persaingan terselubung antara kanselir Zhuge Liang (Cukat Liang) dengan Liu Bei. Untuk membuktikan tanda kesetiaannya Liu Bei terhadap Cukat Liang dan juga keinginan damainya. Liu Bei menghadiahkan Penjing Pohon buah Pear. Melalui pohon inilah hati sang kanselir akhirnya bisa luluh. Perlu diketahui bahwa Liu Bei juga adalah seorang satrawan maka dari itu Penjing Pohon yang bentuknya lurus seperti pena disebut Wenren Mu (Pohon Para Pujangga) dalam bahasa Jepang disebut Bunjingi.
Bonsai pertama kali diperkenalkan ke umum oleh Jepang pada tahun 1867 ketika Expo Dunia di Paris.
Seni mengerdilkan/pemangkasan tanaman dikembangkan juga oleh para Biksu aliran Tao, karena Penjing ini juga merupakan lambang dari keseimbangan serta keharmonisan manusia dengan alamnya. Dari pemeliharaan seni Penjing mereka bisa mendapatkan secara tidak langsung kepuasan batiniah yang tak ternilai. Para Biksu inilah jugayang membawa seni Penjing ke Jepang yang akhirnya dikembangkan menjadi seni Bonsai.
Diperkirakan seni Penjing ini pertama kali datang ke Jepang antara era Kaisar Kammu (737 - 806) hingga akhirnya masa kejayaan Kerajaan Edo pada kepemimpinan Shogun Dinasti Tokugawa (1603 - 1867). Sedangkan sebagian pihak menganggap Bonsai hadir pada masa Dinasti Kamakura (1185 - 1333). Hal ini terjadi karena adanya bukti otentik berupa lukisan seorang pejabat Shogun Kamakura dengan Bonsai.
Para penggemar Bonsai pada umumnya beli pohon tidak di Jepang melainkan di China atau di Taiwan sebab disana harganya jauh lebih murah daripada di Jepang yang bisa dua sampai tiga kali lipat lebih mahal. Harga per pohon di Taiwan bisa puluhan juta, kebalikannya di Indonesia orang masih ada yang bersedia bayar ratusan juta Rp untuk bisa mendapatkan satu pohon Bonsai yang bagus.
Karangan yang berasal dari kurun masa tahun 1300-an, Rhymeprose on a Miniature Landscape Garden, oleh seorang biksu Zen Jepang Kokan Shiren menggaris-besarkan prinsip estetis untuk bonsai, bonseki dan arsitektur pertamanan.
Pohon bonsai yang tertua yang diketahui ada di dalam koleksi Happo-en (kebun pribadi dan restoran eksklusif) di Tokyo, Jepang dimana bisa ditemukan bonsai-bonsai yang berusia 400 sampai 800 tahun.[rujukan?]
Ukuran Bonsai
Bonsai di “Foire du Valais”, Swiss, 2005.
Ada 4 ukuran bonsai yang biasa dipakai, yaitu miniatur, kecil, sedang, dan rata-rata. Miniatur biasanya berukuran tinggi sekitar 5 cm. Umumnya bonsai miniatur disiapkan dalam waktu sekitar 5 tahun. Bonsai kecil biasanya mempunyai tinggi antara 5 sampai 15 cm dan memerlukan persiapan sekitar 5-10 tahun. Bonsai ukuran sedang mempunyai tinggi antara 15 sampai 30 cm, dan bonsai rata-rata mempunyai tinggi 60 cm dengan waktu perisapan sekitar 3 tahun.
Cara membonsai
Tanaman atau pohon dikerdilkan dengan cara memotong akar dan rantingnya. Pohon dibentuk dengan bantuan kawat pada ranting dan tunasnya. Kawat harus sudah diambil sebelum sempat menggores kulit ranting pohon tersebut. Contoh tanaman yang bisa dibuat bonsai di antaranya, yaitu Azalea, Pinus, Asam, Ulmus, Jeruk, Beringin, Bougenvill, Buxux, Sianto, dll.

sejarah bongasi


Sejarah Bonsai
http://duniabonsai.com/bonsai/2009/07/bonsai.jpg
Bonsai (bahasa Jepang: 盆栽, bahasa Mandarin: 盆栽, secara harfiah “tanaman di pot”) merupakan salah satu seni pemangkasan tumbuhan atau pohon dengan membesarkan tanaman di pot saja. Kultivasi termasuk teknik-teknik untuk pembentukan (shaping), pengairan (watering) dan pengepotan (repotting) di segala macam bentuk pot.
Berasal dari daratan China pada zaman Dinasti Han, ‘Bonsai’ adalah pelafalan bahasa Jepang untuk tanaman tersebut yang bahasa Mandarin -nya “pen zai”, yang ditandai dengan digunakannya karakter kanji. Kata ‘Bonsai’ di Barat digunakan untuk semua macam tanaman atau pohon miniatur yang ditanam di dalam wadah tertentu atau pot.
Dalam bahasa Jepang, bonsai berarti “tanaman di pot”. Biasanya akan berasosiasi dengan sebuah miniatur pohon yang ditanam di dalam pot atau kontainer. Pohon yang di bonsai umumnya berupa pohon berkayu (misalnya pohon beringin, dll) atau pohon buah-buahan dan kadang berupa pohon bunga. Bonsai yang baik dapat diletakkan diluar pekarangan sepanjang tahun.
Efek artistik dari bonsai dilihat dari keseimbangan dalam ukuran batang, daun, ranting bunga atau buah dan pot yang digunakan. Pot yang dipakai haruslah yang mendukung suasana pohon yang ditanam. Bonsai sekarang menjadi cukup populer termasuk di Indonesia.
Asalnya bonsai dipercayai mulai paling sedikitnya 4000 tahun lalu pada zaman Dinasti Han di China[rujukan?]. Sejak saat itu sudah dikembangkan ke bentuk-bentuk baru di bagian-bagian China, Jepang, Korea dan Vietnam.
Pada mulanya, orang-orang Jepang menggunakan pohon miniatur yang dibesarkan di wadah-wadah untuk mendekorasi rumah dan taman mereka. [1]. Pada zaman Zaman Edo, penanaman tersusun di kebun mendapat kepentingan yang baru. Kultivasi tanaman seperti azalea dan maple menjadi suatu hobi untuk masyarakat yang tingkat atas. Pada waktu tersebut, istilah yang dipakai untuk memanggil pohon kerdil yang dipotkan adalah 鉢の木 (hachi-no-ki)
Sedangkan kata Bonsai itu diserap dari bahasa Mandarin Pen-Zai (Pen = Pot – Zai = Pohon), sebelumnya dalam bahasa Jepang disebut “Hachi-no-ki” = Pohon di dalam Pot. Tidak bisa dipungkiri, bahwa Bonsai itu sebenarnya berasal dari Tiongkok. Seni mengerdilkan tumbuh-tumbuhan di Tiongkok lebih dikenal dengan sebutan Penjing (Pinyin). Pen = Pot/Wadah/Dulang - Ying = Panorama Alam.
Penjing itu adalah merupakan seni mengerdilkan tanaman dengan mengambil inspirasi dari bentuk panorama alam. Gambar siluet dari panorama alam inilah yang mereka tata dalam sebuah tanaman yang dikerdilkan, hingga tanaman itu berbentuk lukisan alam yang indah dan hidup.
Penjing bisa dibagi dalam tiga kategori: Penjing Pohon (Shumu Penjing), Penjing pemandangan/Alam (Shanshui Penjing), Penjing Air dan Tanah (Shuihan Penjing).
Asal muasalnya dari seni Penjing berdasarkan mitologi; konon ada seorang ahli sihir yang bernama Jiang Feng yang memiliki kemampuan menyihir sehingga apa saja yang disihir olehnya akan menjadi kecil.
Sedangkan He-Nian seorang pujangga ketika zaman Dinasti Yuan telah menulis beberapa puisi mengenai Penjing dan salah satu kalimatnya telah menjadi kredo: “Yang Terkecil menjadi Yang Terbesar”
Seni Penjing sudah dikenal sejak zaman Dinasti Tang, tetapi baru pada saat Dinasti Qin menjadi sangat terkenal dan digandrungi oleh para pejabat tinggi maupun para Bikshu, sehingga setiap tahunnya diadakan lomba seni Penjing.
Konon ketika kerajaan Shuhan terjadi persaingan terselubung antara kanselir Zhuge Liang (Cukat Liang) dengan Liu Bei. Untuk membuktikan tanda kesetiaannya Liu Bei terhadap Cukat Liang dan juga keinginan damainya. Liu Bei menghadiahkan Penjing Pohon buah Pear. Melalui pohon inilah hati sang kanselir akhirnya bisa luluh. Perlu diketahui bahwa Liu Bei juga adalah seorang satrawan maka dari itu Penjing Pohon yang bentuknya lurus seperti pena disebut Wenren Mu (Pohon Para Pujangga) dalam bahasa Jepang disebut Bunjingi.
Bonsai pertama kali diperkenalkan ke umum oleh Jepang pada tahun 1867 ketika Expo Dunia di Paris.
Seni mengerdilkan/pemangkasan tanaman dikembangkan juga oleh para Biksu aliran Tao, karena Penjing ini juga merupakan lambang dari keseimbangan serta keharmonisan manusia dengan alamnya. Dari pemeliharaan seni Penjing mereka bisa mendapatkan secara tidak langsung kepuasan batiniah yang tak ternilai. Para Biksu inilah jugayang membawa seni Penjing ke Jepang yang akhirnya dikembangkan menjadi seni Bonsai.
Diperkirakan seni Penjing ini pertama kali datang ke Jepang antara era Kaisar Kammu (737 - 806) hingga akhirnya masa kejayaan Kerajaan Edo pada kepemimpinan Shogun Dinasti Tokugawa (1603 - 1867). Sedangkan sebagian pihak menganggap Bonsai hadir pada masa Dinasti Kamakura (1185 - 1333). Hal ini terjadi karena adanya bukti otentik berupa lukisan seorang pejabat Shogun Kamakura dengan Bonsai.
Para penggemar Bonsai pada umumnya beli pohon tidak di Jepang melainkan di China atau di Taiwan sebab disana harganya jauh lebih murah daripada di Jepang yang bisa dua sampai tiga kali lipat lebih mahal. Harga per pohon di Taiwan bisa puluhan juta, kebalikannya di Indonesia orang masih ada yang bersedia bayar ratusan juta Rp untuk bisa mendapatkan satu pohon Bonsai yang bagus.
Karangan yang berasal dari kurun masa tahun 1300-an, Rhymeprose on a Miniature Landscape Garden, oleh seorang biksu Zen Jepang Kokan Shiren menggaris-besarkan prinsip estetis untuk bonsai, bonseki dan arsitektur pertamanan.
Pohon bonsai yang tertua yang diketahui ada di dalam koleksi Happo-en (kebun pribadi dan restoran eksklusif) di Tokyo, Jepang dimana bisa ditemukan bonsai-bonsai yang berusia 400 sampai 800 tahun.[rujukan?]
Ukuran Bonsai
Bonsai di “Foire du Valais”, Swiss, 2005.
Ada 4 ukuran bonsai yang biasa dipakai, yaitu miniatur, kecil, sedang, dan rata-rata. Miniatur biasanya berukuran tinggi sekitar 5 cm. Umumnya bonsai miniatur disiapkan dalam waktu sekitar 5 tahun. Bonsai kecil biasanya mempunyai tinggi antara 5 sampai 15 cm dan memerlukan persiapan sekitar 5-10 tahun. Bonsai ukuran sedang mempunyai tinggi antara 15 sampai 30 cm, dan bonsai rata-rata mempunyai tinggi 60 cm dengan waktu perisapan sekitar 3 tahun.
Cara membonsai
Tanaman atau pohon dikerdilkan dengan cara memotong akar dan rantingnya. Pohon dibentuk dengan bantuan kawat pada ranting dan tunasnya. Kawat harus sudah diambil sebelum sempat menggores kulit ranting pohon tersebut. Contoh tanaman yang bisa dibuat bonsai di antaranya, yaitu Azalea, Pinus, Asam, Ulmus, Jeruk, Beringin, Bougenvill, Buxux, Sianto, dll.

Rabu, 04 Mei 2011

bahasa dan otak manusia

Dalam manusia, itu adalah otak kiri yang biasanya berisi bahasa daerah khusus. Sementara ini berlaku untuk 97% orang kidal, sekitar 19% orang kidal memiliki bahasa mereka daerah di belahan kanan dan sebanyak 68% dari mereka memiliki beberapa kemampuan bahasa baik di kiri dan belahan kanan.
Otak bertindak sebagai "komando pusat" untuk bahasa dan komunikasi, mengendalikan baik komponen fisik dan mental berbicara. Langkah yang memicu pidato: Banyak daerah otak bekerja sama untuk mengendalikan pidato, seperti yang digambarkan. Daerah khusus yang digunakan sedikit berbeda untuk membaca keras atau terlibat dalam percakapan. Korteks visual (1A) bergerak ketika membaca keras sementara korteks auditori (1B) mendominasi selama percakapan. Gambar Kredit: Deretsky Zina, Yayasan Sains Nasional
Kedua belahan diperkirakan berkontribusi pada pengolahan dan pemahaman bahasa: otak kiri memproses arti linguistik ilmu persajakan (atau, irama, tekanan, dan intonasi berbicara terhubung), sedangkan belahan kanan proses emosi yang disampaikan oleh prosodi. Studi anak-anak telah menunjukkan bahwa jika seorang anak memiliki kerusakan otak kiri, anak dapat mengembangkan bahasa di belahan bumi yang tepat, bukan. Semakin muda anak, semakin baik pemulihan. Jadi, meskipun "alami" adalah kecenderungan untuk bahasa untuk mengembangkan di sebelah kiri, otak manusia mampu beradaptasi dengan situasi sulit, jika kerusakan terjadi cukup dini.
Dalam speaker (kanan), otak mengontrol semua aspek mental dan fisik dari berbicara. Sounds mulai sebagai nafas dikeluarkan dari paru-paru. Pada perjalanannya ke mulut, udara bergetar karena terpaksa melalui pita suara. Mulut, hidung dan lidah memodifikasi ini udara bergetar untuk membentuk gelombang suara. Ekspresi wajah dan gerak tubuh juga memainkan peran dalam komunikasi. Dalam pendengar (kiri), gelombang suara masuk telinga dan kemudian dianalisa dengan kata-kata oleh otak. Gambar Kredit: Deretsky Zina, Yayasan Sains Nasional
Area bahasa pertama dalam otak kiri untuk ditemukan adalah Area Broca, yaitu setelah Paul Broca, yang menemukan daerah sambil belajar pasien dengan afasia, gangguan bahasa. Area Broca tidak hanya menangani keluar bahasa dalam arti motor, meskipun. Sepertinya lebih umum terlibat dalam kemampuan untuk proses tata bahasa sendiri, setidaknya aspek yang lebih kompleks dari tata bahasa. Misalnya, menangani membedakan sebuah kalimat dalam bentuk pasif dari kalimat subjek-kata kerja-obyek sederhana - perbedaan antara "Anak itu terkena gadis itu" dan "Gadis itu memukul anak itu."
Wilayah bahasa kedua yang ditemukan disebut Area Wernicke, setelah Carl Wernicke, seorang ahli saraf Jerman yang menemukan daerah tersebut selama belajar pasien yang memiliki gejala yang mirip dengan pasien Area Broca tetapi kerusakan pada bagian yang berbeda dari otak mereka. aphasia Wernicke adalah istilah untuk gangguan yang terjadi pada kerusakan Wernicke's area pasien.
aphasia Wernicke tidak hanya mempengaruhi pemahaman berbicara. Orang dengan aphasia Wernicke juga mengalami kesulitan mengingat nama benda, sering merespon dengan kata-kata yang terdengar serupa, atau nama hal-hal terkait, karena jika mereka mengalami kesulitan mengingat asosiasi kata.
Bacaan lebih lanjut

Artikel ini berlisensi di bawah Creative Commons Attribution-ShareAlike License . Ini menggunakan bahan dari artikel Wikipedia pada " otak manusia "Semua bahan yang digunakan diadaptasi dari Wikipedia tersedia sesuai dengan ketentuan Creative Commons Attribution-ShareAlike License . Wikipedia ® itu sendiri adalah merek dagang terdaftar dari Wikimedia Foundation, Inc

bahasa dan otak manusia

Dalam manusia, itu adalah otak kiri yang biasanya berisi bahasa daerah khusus. Sementara ini berlaku untuk 97% orang kidal, sekitar 19% orang kidal memiliki bahasa mereka daerah di belahan kanan dan sebanyak 68% dari mereka memiliki beberapa kemampuan bahasa baik di kiri dan belahan kanan.
Otak bertindak sebagai "komando pusat" untuk bahasa dan komunikasi, mengendalikan baik komponen fisik dan mental berbicara. Langkah yang memicu pidato: Banyak daerah otak bekerja sama untuk mengendalikan pidato, seperti yang digambarkan. Daerah khusus yang digunakan sedikit berbeda untuk membaca keras atau terlibat dalam percakapan. Korteks visual (1A) bergerak ketika membaca keras sementara korteks auditori (1B) mendominasi selama percakapan. Gambar Kredit: Deretsky Zina, Yayasan Sains Nasional
Kedua belahan diperkirakan berkontribusi pada pengolahan dan pemahaman bahasa: otak kiri memproses arti linguistik ilmu persajakan (atau, irama, tekanan, dan intonasi berbicara terhubung), sedangkan belahan kanan proses emosi yang disampaikan oleh prosodi. Studi anak-anak telah menunjukkan bahwa jika seorang anak memiliki kerusakan otak kiri, anak dapat mengembangkan bahasa di belahan bumi yang tepat, bukan. Semakin muda anak, semakin baik pemulihan. Jadi, meskipun "alami" adalah kecenderungan untuk bahasa untuk mengembangkan di sebelah kiri, otak manusia mampu beradaptasi dengan situasi sulit, jika kerusakan terjadi cukup dini.
Dalam speaker (kanan), otak mengontrol semua aspek mental dan fisik dari berbicara. Sounds mulai sebagai nafas dikeluarkan dari paru-paru. Pada perjalanannya ke mulut, udara bergetar karena terpaksa melalui pita suara. Mulut, hidung dan lidah memodifikasi ini udara bergetar untuk membentuk gelombang suara. Ekspresi wajah dan gerak tubuh juga memainkan peran dalam komunikasi. Dalam pendengar (kiri), gelombang suara masuk telinga dan kemudian dianalisa dengan kata-kata oleh otak. Gambar Kredit: Deretsky Zina, Yayasan Sains Nasional
Area bahasa pertama dalam otak kiri untuk ditemukan adalah Area Broca, yaitu setelah Paul Broca, yang menemukan daerah sambil belajar pasien dengan afasia, gangguan bahasa. Area Broca tidak hanya menangani keluar bahasa dalam arti motor, meskipun. Sepertinya lebih umum terlibat dalam kemampuan untuk proses tata bahasa sendiri, setidaknya aspek yang lebih kompleks dari tata bahasa. Misalnya, menangani membedakan sebuah kalimat dalam bentuk pasif dari kalimat subjek-kata kerja-obyek sederhana - perbedaan antara "Anak itu terkena gadis itu" dan "Gadis itu memukul anak itu."
Wilayah bahasa kedua yang ditemukan disebut Area Wernicke, setelah Carl Wernicke, seorang ahli saraf Jerman yang menemukan daerah tersebut selama belajar pasien yang memiliki gejala yang mirip dengan pasien Area Broca tetapi kerusakan pada bagian yang berbeda dari otak mereka. aphasia Wernicke adalah istilah untuk gangguan yang terjadi pada kerusakan Wernicke's area pasien.
aphasia Wernicke tidak hanya mempengaruhi pemahaman berbicara. Orang dengan aphasia Wernicke juga mengalami kesulitan mengingat nama benda, sering merespon dengan kata-kata yang terdengar serupa, atau nama hal-hal terkait, karena jika mereka mengalami kesulitan mengingat asosiasi kata.
Bacaan lebih lanjut

Artikel ini berlisensi di bawah Creative Commons Attribution-ShareAlike License . Ini menggunakan bahan dari artikel Wikipedia pada " otak manusia "Semua bahan yang digunakan diadaptasi dari Wikipedia tersedia sesuai dengan ketentuan Creative Commons Attribution-ShareAlike License . Wikipedia ® itu sendiri adalah merek dagang terdaftar dari Wikimedia Foundation, Inc