Makalah
ANALISIS
KESALAHAN BERBAHASA
SECARA
UMUM
OLEH :
Zuliaden Jayus
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SERAMBI MEKKAH
BANDA
ACEH
2011
KATA PENGANTAR
Dalam penyusunan makalah ini penulis sadar bahwa masih banyak terdapat
kekurangan dan mungkin jauh dari sempurnah begitupun dengan makalah ini oleh
karena itu kritik dan saran dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk
perbaikan masa yang akan datang.
Demikianlah, makalah ini disusun sebagai pegangan kita bersama. Semoga
Makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Banda Aceh, 10
November 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
- LATAR BELAKANG ............................................................. 1
- RUMUSAN MASALAH.......................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 2
A.
Kesalahan
Keefektifan Kalimat............................................... 2
B.
Kesalahan Dalam Pemilihan Kata........................................... 3
C.
Kesalahan Dalam Pemilihan Kata........................................... 5
D.
Kesalahan Karena Tidak Lengkap Fungsi Kalimat............... 6
E.
Kesalahan karena
Penggunaan Preposisi yang
Tidak
Tepat............................................................................... 8
- Kesalah Urutan Kata................................................................ 9
- Kesalahan Penggunaan
Kontruksi Pasif................................. 7
- Kesalahan Penggunaan
Konjungsi.......................................... 10
- Kesalahan Penggunaan
“yang”............................................... 11
- Kesalahan Pembentuk
Jamak.................................................. 12
BAB III PENUTUP.............................................................................. 14
KESIMPULAN.............................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dewasa ini, bahasa
Indonesia semakin diminati oleh
orang-orang asing atau orang luar negeri. Hal ini dapat dilihat dengan banyak
dibukanya lembaga-lembaga yang mengajarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa
asing baik di Indonesia maupun di luar negeri. Di Indonesia, ada beberapa
perguruan Tinggi yang mempunyai program pembelajaran bahasa Indonesia sebagai
bahasa asing, antara lain: Universitas Indonesia, Jakarta, Universitas Atma
Jaya Jakarta, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Padang,
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, IKIP Malang, dan Universitas Gajah Mada. Selain itu banyak pula
lembaga-lembaga kursus yang menyelenggarakan program ini. Beberapa contoh yang
ada di Yogyakarta antara lain, Wisma Bahasa, Puri Bahasa Plus, Realia, dan
Colorado.
Sementara itu, di luar negeri pun banyak berdiri
lembaga-lembaga yang menyelenggarakan pembelajaran, pelatihan dan kursus bahasa
Indonesia. Sebagai contoh, di Italia terdapat beberapa lembaga dan universitas
yang menyelenggarakan kursus dan studi bahasa Indonesia antara lain, Instituto
Universitario Orientale Napoli , Lembaga
Ilmiah IsMEO/IsAo di Roma dan Milona, Lembaga Kebudayaan Istituto per l’Oriente
di Roma, CELSO (Centro Lombardia Studi Orientele di Genova, dan Lembaga Tinggi
Keagamaan milik Vatikan, Ponrificia Universita Gregoriana (Soenoto, 1998: 1-2)
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, permasalahan
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa sajakah kesalahan berbahasa Indonesia yang dilakukan
oleh para pembelajar Bahasa Indonesia sebagai bahasa asing?
2. Bagaimanakah
alternatif strategi pengajaran remedi untuk mereduksi kesalahan-kesalahan
berbahasa tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesalahan
Keefektifan Kalimat
Kalimat-kalimat
yang dibuat pembelajar tidak efektif karena tidak adanya kesatuan
informasi/arti dan bentuk. Kalimat yang dibuat mengandung lebih dari satu
kesatuan informasi sehingga sering menimbulkan kerancuan dan ketidaktepatan
arti. Bahkan, ada banyak pernyataan yang
hanya berisi jajaran kata-kata saja tanpa arti yang jelas sehingga tidak
membentuk sebuah kalimat yang utuh dari segi bentuk dan maknanya. Ada 422
kalimat dengan tipe ini. berikut ini beberapa contoh pernyataan-pernyataan
tersebut beserta alternatif pembenarannya.
Contoh-contoh kesalahan keefektifan kalimat:
(1)
Sering keluarga yang
dari daerah pedalaman tinggal di luar kota lama dan banyak adalah petani.
(2)
Setelah itu, kendi
adalah sedia untuk membakar dengan teknik ada primitiv sekali.
(3)
Menduduki dalam
lingkaran tertawa, makanan, menyanyikan dengan ibu, tutor-tutor dan temannya
beristirahat nanti hari ini mengunjungi tempat-tempat lain di cuaca panas.
(4)
Kami juga mengunjungi
orang Jawa di pabrik batik ialah pengalaman lain yang saya mau itu paling baik
supaya melihat-lihat jenis berbeda batik.
(5)
Bagaimanapun dewasa ini
pemerintah saya mempunyai dana perwalian
dan suatu doktor bisa pekerjaan banyak alternatif ke obat yang modern,
misalnya chiropractice, acupunture, aromatherapy, ahli pengobat dengan
menggunakan kebatinan (faith healing) reflexology dan hypnotherapy.
Alternatif pembenarannya:
(1)
Keluarga dari daerah
pedalaman, yang sebagaian besar adalah petani,
sering tinggal di luar kota untuk waktu yang lama.
(2)
Setelah itu, kendi
tersebut siap untuk dibakar dengan teknik tradisional.
(3)
Setelah mengunjungi
beberapa tempat, kami dan para tutor beristirahat dengan duduk melingkar sambil menyanyi, bercanda, dan
makan makanan yang disiapkan oleh ibu itu.
(4)
Kami mengunjungi orang Jawa di pabrik batik untuk
melihat jenis-jenis batik yang berbeda. Kegiatan itu merupakan pengalaman lain yang paling baik bagi kami.
(5)
Dewasa ini, pemerintah
saya mempunyai dana perwalian yang memungkinkan seorang dokter bisa memadukan
pengobatan alternatif dengan obat yang modern seperti, chiropractice,
acupunture, aromatherapy, faith
healing, eflexology dan hypnotherapy.
B. Kesalahan
Pemilihan Kata
Sebuah
kata mengemban peran yang penting dalam sebuah kalimat/tuturan karena arti atau makna sebuah kalimat dapat dibangun
dengan pemilihan kata yang tepat. Apabila terjadi kesalahan pemilihan kata maka akan terjadi pergeseran arti/ makna kalimat, tidak sebagaimana
diinginkan oleh penulisnya. Bagi
pembaca, kesalahan tersebut akan menimbulkan kesalahpaham atas arti/makna yang
dimaksudkan penulis.
Penelitian ini memberi gambaran yang jelas
bahwa para pembelajar BIPA banyak melakukan
kesalahan dalam pemilihan
kata ketika mereka menyusun kalimat-kalimat dan atau paragraf. Dari analisis
data, terdapat 228 kesalahan dalam pemilihan kata. Kesalahan yang mereka
lakukan meliputi (1) penggunaan kata yang benar-benar tidak tepat untuk suatu konteks kalimat tertentu (2)
penggunaan kata yang tidak lazim dalam konteks masyrakat Indonesia (3)
pengunaan sinonim kata yang tidak tidak benar-benar tepat sebagaimana dituntut
konteks kalimat tertentu (4) kerancuan dalam penggunaan kata-kata yang mirip,
seperti penggunaan ada dan adalah , mudah dan murah, dsb. (5) penggunaan kata-kata yang merupakan hasil
terjemahan secara harafiah dan (6) kesalahan penggunaan kata terjemahan
yang bersinonim, seperti kata to
leave yang terjemahan bahasa Indonesianya meninggalkan dan berangkat. Pasangan kata seperti inilah
yang sering dikacaukan dalam penggunaannya.
Beberapa
kata yang kesalahan pemakaiannya cukup
sering adalah kata ada yang dikacaukan dengan kata adalah;
penggunaan pronomina kita dengan
kami (yang dalam bahasa
Inggris ‘us’); kata berangkat dengan kata meninggalkan; kata cara
dengan kata secara; kata tidak
dengan kata bukan; kata ada dengan kata mempunyi. Beberapa contoh kesalahan pembelajar dalam memilih kata
di paparkan di bawah ini.
Contoh kesalahan pemilihan kata:
(1)
Situasi ini pusing
untuk anak-anak dan bisa sangat mempengaruhi mereka.
(2)
Saya berbicara dengan sopir
sambil naik. Dia ada sopir untuk enam tahun.
(3)
Adalah banyak penjual
dan pembeli dalam pasar.
(4)
Kami berangkat SMA 3
kira-kira pada jam sepuluh malam.
(5)
Jam empat kami
berangkat Hotel Radisson pergi ke Prambanan Temple.
(6)
Setelah itu bis
mengambilkan kami ke tempat yang ramai.
(7)
Di Inggris
masalah-masalah dengan disiplin sedang lebih jelek, misalnya kemangkiran dari
sekolah, kedatangan yang terlambat dan kekerasan.
(8)
Menurut tradisi, orang
Batak adalah petani nasi tetapi pada waktu sekarang ekonomi Batak sangat beruntung
pada karet dan kopi. A
Alternatif pembenarannya:
(1)
Situasi ini
membingungkan anak-anak dan sangat
mempengaruhi mereka.
(2)
Saya berbicara dengan
sopir ketika sudah di dalam taksi. Dia sudah menjadi sopir selama enam tahun.
(3)
Ada banyak penjual dan
pembeli di dalam pasar itu.
(4)
Kami meningglkan SMA 3
kira-kira pada jam sepuluh malam.
(5)
Pada jam empat, kami
berangkat dari Hotel Radisson dan pergi ke Candi Prambanan.
(6)
Setelah itu, sopir bis
mengantar kami ke tempat yang ramai.
(7)
Di Inggris, masalah
disiplin lebih jelek, misalnya
ketidakhadiran ke sekolah, keterlambatan
masuk sekolah dan kekerasan.
(8)
Menurut tradisi, orang
Batak adalah petani padi, tetapi
sekarang ekonomi masyrakat Batak lebih baik dengan perkebunan karet dan
kopi.
C. Kesalahan
Penggunaan Afiks
Kesalahan
penggunaan afiks yang ditemukan cukup beragam. Ada banyak ketidaktepatan dalam
menentukan afiks yang akan digunakan dalam proses verbalisasi maupun
nominalisasi. Afiks - afiks tersebut sering digunakan terbalik-balik, misalnya
seharusnya memakai afiks me- tetapi
menggunakan afiks ber- dan demikian
pula sebaliknya. Ketidaktepatan tersebut akan berakibat tidak tepatnya sense kalimat yang dibentuk dan bergesernya arti
kalimat tersebut.
Kesalahan
lain yang intensitasnya cukup sering dilakukan adalah penggunaan afiks me- yang dikacaukan pemakaiannya dengan
afiks ber- sejumlah 12 kesalahan.
Jumlah ini selisih satu kesalahan dibandingkan dengan kesalahan penggunaan
afiks me- yang dikacaukan dengan
penggunaan verba bentuk dasar dan verba bentuk dasar + -i. Kesalahan lain yang intensitas terjadinya relatif
sering adalah penggunaan afiks me-
yang dikacaukan dengan afiks me-....-kan,
afiks me-....-kan yang dikacaukan
penggunaannya dengan afiks ber-, dan
penggunaan verba bentuk dasar yang dikacaukan pemakaiannya dengan afiks ber
Contoh kesalahan-kesalahan penggunaan
afiks:
(1)
Saya nikmat perjalan di
Indonesia.
(2)
Kalau orang tua
perceraian, anaknya sering tinggal dengan ibunya.
(3)
Ketika saya membaca
tentang perkelahian pelajar, saya mengherankan.
Alternatif pembenarannya:
(1)
Saya menikmati
perjalanan di Indonesia.
(2)
Kalau orang tua
bercerai, anak-anaknya sering tinggal bersama ibunya.
(3)
Ketika saya membaca
berita tentang perkelahian pelajar, saya heran.
D. Kesalahan karena
Tidak Lengkapnya Fungsi Kalimat
Kesalahan-kesalahan
ini berupa ketidaklengkapan fungsi kalimat yang meliputi tidak adanya subjek,
predikat yang tidak jelas, dan penghilangan objek pada predikat berverba transitif. Kesalahan
tipe ini berjumlah 113 buah. Kesalahan tersebut terbagi atas 49 kesalahan
karena tidak bersubjek, 45 kesalahan karena predikat yang tidak jelas, dan 19
kesalahan karena tidak adanya objek pada predikat yang berverba transitif.
Berikut ini akan disajikan contoh kesalahan-kesalahan tersebut.
Contoh kesalahan karena tidak
bersubjek:
(1)
Di keraton menarik dan
indah tetapi cuaca lembab dan panas.
(2)
Menurut orang wawancara di Indonesia ada yang
bermacam-macam di dapatkan daerah ke daerah.
(3)
Untuk saya mengerti
bagaimana mahasiswa mahasiswa tentang pendidikan Indonesia dan khususnya
pengajaran Bahasa Inggris.
Alternatif pembenarannya,
(1)
Keraton Yogyakarta menarik dan indah tetapi cuaca hari ini lembab dan panas.
(2)
Menurut
orang yang saya wawancarai,
Indonesia mempunyai
bermacam-macam kesenian yang berbeda di setiap daerah.
(3)
Saya mengerti pendapat
para mahasiswa tentang pendidikan di
Contoh kesalahan karena predikat kalimat
yang tidak jelas
(1)
Lebih dari itu, Aromatheraphy
ini untuk ketegangan dan kesantaian, ini lebih baik membakar minyak di dalam
kamar.
(2)
Umumnya kenakalan
remaja dari rumah atau keluarga rusak.
(3)
Dulu sebagian besar
guru di Tim-tim dari pulau-pulau di Indonesia, tetapi sekarang mereka berangkat
dari Tim Tim dan tidak cukup guru untuk sekolah di sana.
Alternatif
pembenarannya:
(1)
Lebih dari itu,
Aromatheraphy ini berfungsi untuk menghilangkan ketegangan dan menciptakan rasa
santai. Ini dilakukan dengan membakar minyak wangi di dalam kamar.
(2)
Umumnya, kenakalan
remaja bermula dari keluarga yang tidak harmonis.
(3)
Dulu, sebagian besar
guru di Tim-Tim berasal dari berbagai pulau di Indonesia, tetapi sekarang
mereka meninggalkan Tim-Tim sehingga
tidak ada cukup banyak guru untuk sekolah-sekolah di sana.
Contoh-contoh kesalahan karena tidak adanya objek dalam
kalimat yang berpredikat verba transitif.
(1)
Saya menikmati banyak
sekali.
(2)
Seorang anak jalanan
berbicara kepada saya kalau orang tua angkat mengusir ketika dia berumur
sepuluh.
(3)
Upacara ini menunda
sampai kelurga bisa mempunyai kadang-kdang ada beberapa bulan.
Alternatif
pembenarannya:
(1)
Saya sangat menikmati
perjalanan ini.
(2)
Seorang anak jalanan
berbicara kepada saya bahwa orang tua angkatnya mengusir dia ketika dia berumur sepuluh tahun.
(3)
Upacara ini ditunda beberapa
bulan sampai keluarga mempunyai cukup banyak uang.
E. Kesalahan karena
Penggunaan Preposisi yang Tidak Tepat
Kesalahan
penggunaan preposisi ini berupa pemakaian preposisi yang tidak tepat dalam
kalimat, tidak dipakainya preposisi dalam kalimat yang menuntut adanya
preposisi, dan pemakaian preposisi yang tidak perlu dalam suatu kalimat. Dari
analisis data, terungkap ada 52 kesalahan dalam hal penggunaan preposisi.
Kesalahan tersebut terbagi atas 29 kesalahan pada pemakaian preposisi yang
tidak tepat, 14 kesalahan karena tidak adanya preposisi dalam kalimat yang
menuntut adanya preposisi, dan 9 kesalahan penggunaan preposisi yang tidak
perlu. Berikut ini akan disajikan beberapa contoh kesalahan-kesalahan penggunaan preposisi tersebut.
Contoh kesalahan penggunaan preposisi
yang tidak tepat:
(1)
Banyak barang-barang
dibeli oleh toko-toko pakaian, makanan, tas, dan lain-lain.
(2)
Sebelum makan siang
saya menjadi kuat oleh minum jamu yang “sehat pria”.
(3)
Saya kembali di hotel
Radisson naik bis kecil.
Contoh kesalahan
karena tidak adanya preposisi:
(1)
Kami pergi Pabrik Batik
untuk mengerti tentang proses batik.
(2)
Kemudian, kami berjalan
kaki terus Jl. Malioboro ke supermarket.
(3)
Hari ini kelompok semua
pergi Sultan Palace naik bis besar.
Contoh kesalahan
penggunaan preposisi yang tidak perlu:
(1)
Kehidupan di guru-guru
tidak mudah ataukah Anda bekerja di Indonesia atau Skotlandia di mana saya
tinggal.
(2)
Saya hanya harap,
dengan semua Indonesia penduduk ingat dia dalam sejarah seorang yang membantu
Indonesia menang kemerdekaan dari dua-duanya pemerintah Jepang dan pemerintah
Belanda.
(3)
Mereka harus ada
‘catalytic conventer’ dalam juga supaya gas yang beracun akan mengurangi.
(11)
yang bernama Golkar.
Alternatif
pembenarannya:
(1)
Banyak barang dapat
dibeli di toko-toko itu seperti,
pakaian, makanan, tas, dan lain-lain.
(2)
Sebelum makan siang,
saya menjadi kuat karena minum jamu
“sehat pria”.
(3)
Saya kembali ke hotel
Radisson naik bis kecil.
F. Kesalahan Urutan
Kata
Urutan
kata dimaksudkan sebagai susunan kata untuk membentuk tataran yang lebih
tinggi. Dalam bahasa Indonesia, pada umumnya, sesuatu yang diterangkan berada
di depan yang menerangkan. Namun demikian, sering terjadi kesalahan dalam
urutan ini. Dari hasil analisis data penelitian ini, ada 74 kesalahan dalam hal
urutan kata. Para pembelajar melakukan pembalikan atas urutan kata sebagaimana
terlihat dalam beberapa contoh di bawah ini.
Contoh kesalahan dalam urutan kata:
(1)
Hari ini, menarik hari.
(2)
Keluarga adalah sosial
kesatuan yang paling penting bagi orang Batak Toba.
(3)
Bernama
ini ‘Ngelangkahi’.
Alternatif pembenarannya:
(1)
Hari ini adalah hari
yang menarik.
(2)
Keluarga adalah kesatuan
sosial yang paling penting bagi orang Batak Toba.
(3)
Ini bernama
‘Ngelangkahi’.
(4)
G. Kesalahan
Penggunaan Konstruksi Pasif
Konstruksi
pasif bahasa Indonesia dapat dibentuk dengan pronomina orang pertama, kedua,
dan ketiga yang mempunyai dua pola yang
berbeda. Pola pertama dapat dibentuk dari pola aktif S + me- bentuk asal -
(sufiks) + O menjadi pola pasif O + S + bentuk asal- (suifks) untuk pronomina
orang pertama, kedua, dan ketiga. Pola kedua dapat dibentuk dari pola
aktif S + me- bentuk asal- (sufiks) + O
menjadi pola pasif O + di - bentuk asal- (sufiks) + (oleh) + S
hanya untuk pronomina orang ketiga.
Kesalahan
penggunaan konstruksi pasif yang terungkap dari penelitian ini relatif banyak,
37 konstruksi. Kesalahan ini terdiri atas tujuh
kesalahan penggunaan konstruksi pasif pola pertama, dan 30 kesalahan
penggunaan konstruksi pasif pola kedua.
Kesalahan penggunaan konstruksi pasif bentuk kedua ini terjadi karena
kesalahan penggunaan afiks-afiks pembentuk konstruksi aktif-pasif. Di bawah ini
beberapa contoh kesalahan-kesalahan tersebut.
Contoh kesalahan penggunaan konstruksi
pasif:
(1)
Mesjid ini membuat
untuk Sultan pertama.
(2)
Di dalam temple
ada banyak kemenyan juga membakar.
(3)
Tempat pemujaan ketiga
kami mengunjungi adalah mesjid.
Alternatif pembenarannya:
(1)
Mesjid ini dibuat untuk
Sultan pertama.
(2)
Di dalam temple,
ada banyak kemenyan dibakar.
(3)
Tempat pemujaan ketiga
yang kami kunjungi adalah mesjid.
H. Kesalahan
Penggunaan Konjungsi
Konjungsi
berfungsi sebagai penghubung frasa dan klausa dalam kalimat. Selain itu,
konjungsi juga berfungsi sebagai penghubung antarkalimat dalam suatu paragraf.
Kesalahan penggunaan konjungsi ini akan berakibat tidak jelasnya makna kalimat
karena hubungan antarfrasa dan antarklausa tidak jelas. Ada 25 kesalahan
penggunaan konjungsi yang terungkap dalam penelitian ini. Kesalah yang cukup menonjol adalah penggunaan
konjungsi bahwa dan walaupun , masing-masing 9 dan 5 kesalahan.
Kesalahan-kesalah yang lain tersebar untuk konjungsi-konjungsi yang lain.
Contoh kesalahan-kesalahan tersebut dipaparkan di bawah ini.
Contoh kesalahan penggunaan konjungsi:
(1)
Guru-guru ada perteman
sambil semua murid berjalan-jalan dan berbicara dengan teman di sekolahnya.
(2)
Gereja ini membagun
dengan uang dari orang-orang bahwa menghadiri gereja ini.
(3)
Oleh sebabnya, apabila
dihadapkan pada praktek di lapangan kerja, didikan kurang memuaskan.
Alternatif pembenarannnya:
(1)
Guru-guru sedang
mengadakan perteman ketika semua murid berjalan-jalan dan berbicara dengan
teman di halaman sekolah.
(2)
Gereja ini membagun
dengan uang dari orang-orang yang menghadiri gereja ini.
(3)
Apabila dihadapkan pada
praktek di lapangan kerja, anak didik kurang memuaskan.
I.
Kesalahan
Penggunaan ‘yang’
Kesalahan
pemakaian ‘yang’ yang dilakukan pembelajar BIPA relatif banyak
yaitu 15 kesalahan. Kesalahan yang dilakukan berupa penggunaan yang dalam kalimat yang tidak memerlukan ‘yang’ dan sebaliknya ‘yang’ tidak digunakan ketika
kalimat-kalimat memerlukan yang untuk
memperjelas makna kalimat tersebut.
Contoh kesalahan
penggunaan’ yang’:
(1)
Menurut teman saya, TKA
mempunyai peran yang pentiing sekali di dalam bisnis dan proyek-proyek karena
bisa membantukan masyarakat dan prasarana lokal
(2)
Hampir semua segi bahwa
saya mencari bisa yang dihubungan dengan seluruh Indonesia.
Alternatif pembenarannya:
(1)
Menurut teman saya, TKA
mempunyai peran penting sekali di dalam bisnis dan proyek-proyek karena bisa
membantu masyarakat dan prasarana lokal.
(2)
Hampir semua segi
yang saya temukan bisa dihubungan dengan
seluruh Indonesia.
(3)
Saluran TV ini adalah
saluran swasta dan mereka bisa mempertunkukan semua hal yang merek mau.
(4)
Oleh karena itu, pers
Inggris tidak diperbolehkan melaporkan
satupun tentang buku ini.
(5)
Suku Dani masih hidup
secara primitif.
J. Kesalahan
Pembentuk Jamak
Bentuk
jamak dalam bahasa Indonesia dapat dibentuk dengan mengulang nomina, penggunaan
numeralia, dan penggunaan penanda jamak
seperti, beberapa, sejumlah, para,
banyak, sedikit, dsb. Apabila bentuk-bentuk itu digunakan nomina yang
bersangkutan harus dalam bentuk tunggal. Contohnya, buku-buku, 125 buku, beberapa buku.
Kesalahan
dalam hal ini adalah pemakaian bentuk beruntun ketika mereka membuat bentuk
jamak. Mereka memakai penanda jamak tetapi nomina tetap diulang atau sebaliknya
ada penanda tunggal tetapi nominanya jamak. Berikut ini beberapa contoh untuk
mendukung penjelasan di atas.
Contoh kesalahan penggunaan bentuk
jamak:
(1)
Kami didampingi oleh
guru pribadi naik bis ke bermacam-macam trmpat-tempat wisata seperti Keraton,
Taman Sari, pasar burung yang terletal di belakang Taman Sari.
(2)
Saya membicarakan
dengan beberapa mahasiswa yang keluarganya tidak mampu untuk mengirimi semua
anak-anakny ke universitas.
(3)
Di Inggris, guru-guru
merasa bahwa mereka menerima gajinya yang rendah dan banyak guru-guru berangkat
untuk pekerjaan yang lain.
(4)
Contohnya , kalau
sesuatu suku-suku ingin pendidikan atau gereja, dan dokter, mereka seharusnya
diberikan itu.
(5)
Banyak pabrik-pabrik
sudah ditutup karena ada lebih murah
untuk membuat barang-barang di negeri asing seperti negeri-negeri Timur
karena alasan penggangguran ada lebih kejahatan daripada banyak tahhun yang
lalu.
Alternatif pembenarannya:
(1)
Kami didampingi oleh
guru pribadi naik bis ke bermacam-macam tempat wisata seperti, Keraton, Taman Sari, dan pasar burung yang
terletak di belakang Taman Sari.
(2)
Saya berbicara dengan
beberapa mahasiswa yang keluarganya tidak mampu menyekolahkan semua anaknya ke universitas.
(3)
Di Inggris, guru-guru
merasa bahwa mereka menerima gaji yang rendah dan banyak guru meninggalkan
profesi itu untuk mencari pekerjaan yang lain.
BAB III
P E N U T U P
KESIMPULAN
Kesalahan-kesalahan
berbahasa Indonesia para pembelajar BIPA di Indonesian
Language and Culture Intensive Course (ILCIC), P3 Bahasa kurun waktu
1999-2000 telah teridentifikasi. Kesalahan-kesalahan tersebut meliputi: ketidakefektifan kalimat sebanyak 422
kesalahan, kesalahan pemilihan kata
sebanyak 228, kesalahan penggunaan afiks sebanyak 203 kesalahan, tidak
lengkapnya fungsi-fungsi kalimat sebanyak 113, kesalahan pemakaian preposisi
sebanyak 52, pembalikan urutan kata
sebanyak 74 kesalahan, penggunaan konstruksi pasif sebanyak 37, kesalahan pemakaian konjungsi
sebanyak 25, ketidaktepatan pemakaian yang ada
17 kesalahan, dan kesalahan dalam
pembentukan jamak sebanyak 9 kesalahan.
Jadi kesalahan mencolok terjadi pada pembuatan kalimat yang efektif disusul
kesalahan pemilihan kata, pemakaian afiks, dan tidak lengkapnya fungsi-fungsi
dalam kalimat.
Kesalahan-kesalahan tersebut
diharapkan dapat tereduksi dengan beberapa langkah pembelajaran remedi yang
berupa pemberian informasi tentang kesalahan-kesalahan berbahasa yang dilakukan
pembelajar, koreksi secara berpasangan dan koreksi individual, pemberian
contoh-contoh yang benar atas kesalahan-kesalahan yang terjadi, pemberian
deretan-deretan morfologis dan kata-kata bersinonim dalam konteks, serta
diskusi bersama pembelajar tentang penyebab kesalahan berbahasa yang mereka
lakukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Brindley,
Geoff (Ed). 1990. The Second Language
Curriculum in Action. Sydney NSW : Macquarie University Press.
Dardjowidjodjo,
Soenjono. 1995. “Masalah dalam Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing
di Indonesia”. Kongres Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur
Asing , 28-30 Agustus 1995 di Universitas Indonesia, Jakarta.
Ellis,
Rod. 1986. Classroom Second Language
Development. Oxford : Pergamon Press.
George,
H.V. 1972. Common Errors in Language
Learning ; Insight From English.
Massachusetts : Newbury House Publisher.
Johnson,
Donna M. 1992. Approaches to Research in
Second Language Learning. New York: Longman Publishing Group.
Lightbown,
Patsy M dan Nina Spada. 1999. How
Languages Are Learned (Revised Edition). Oxford : Oxford University Press
Munawarah,
Sri. 1996. “Kesalahan Penulisan yang Dilakukan Penutur Asing dalam Belajar
Bahasa Indonesia”. Konferensi Internasional II Pengajaran Bahasa Indonesia bagi
Penutur Asing (KIPBIPA II). 29 Mei - 1 Juni 1996 di Padang.
Nimmanupap, Sumalee. 1998. “Pengajaran Bahasa Indonesia untuk pembelajar Asing di Thailand”,
Makalah Kongres Bahasa Indonesia VII, Jakarta, 26-30 Oktober 1998.