Kamis, 02 Februari 2012

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA


Makalah
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
SECARA UMUM
DI SUSUN
OLEH :
Zuliaden Jayus





FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
BANDA ACEH
2011
 

KATA PENGANTAR
 Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, dan senantiasa mengharapkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya. Tak lupa Shalawat dan salam bagi junjungan Nabi Besar kita yaitu Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah penulis masih diberi kesehatan dan umur sampai saat ini sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Kesalahan Dalam Berbahasa Secara Umum ”.
Dalam penyusunan makalah ini penulis sadar bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan mungkin jauh dari sempurnah begitupun dengan makalah ini oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan masa yang akan datang.

Demikianlah, makalah ini disusun sebagai pegangan kita bersama. Semoga Makalah ini bermanfaat  bagi kita semua.





Banda Aceh, 10 November 2011


Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................        i
DAFTAR ISI.........................................................................................        ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................        1
  1. LATAR BELAKANG .............................................................        1
  2. RUMUSAN MASALAH..........................................................        1
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................        2
A.    Kesalahan Keefektifan Kalimat...............................................        2
B.     Kesalahan Dalam Pemilihan Kata...........................................        3
C.     Kesalahan Dalam Pemilihan Kata...........................................        5
D.    Kesalahan Karena Tidak Lengkap Fungsi Kalimat...............        6
E.     Kesalahan karena Penggunaan Preposisi yang
Tidak Tepat...............................................................................       8
  1. Kesalah Urutan Kata................................................................        9
  2. Kesalahan Penggunaan Kontruksi Pasif.................................        7
  3. Kesalahan Penggunaan Konjungsi..........................................        10
  4. Kesalahan Penggunaan “yang”...............................................        11
  5. Kesalahan Pembentuk Jamak..................................................        12
BAB III PENUTUP..............................................................................        14
KESIMPULAN..............................................................................        14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................        15



 

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dewasa ini, bahasa Indonesia  semakin diminati oleh orang-orang asing atau orang luar negeri. Hal ini dapat dilihat dengan banyak dibukanya lembaga-lembaga yang mengajarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa asing baik di Indonesia maupun di luar negeri. Di Indonesia, ada beberapa perguruan Tinggi yang mempunyai program pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing, antara lain: Universitas Indonesia, Jakarta, Universitas Atma Jaya Jakarta, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Padang, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, IKIP Malang, dan Universitas Gajah Mada. Selain itu banyak pula lembaga-lembaga kursus yang menyelenggarakan program ini. Beberapa contoh yang ada di Yogyakarta antara lain, Wisma Bahasa, Puri Bahasa Plus, Realia, dan Colorado.
Sementara itu,  di luar negeri pun banyak berdiri lembaga-lembaga yang menyelenggarakan pembelajaran, pelatihan dan kursus bahasa Indonesia. Sebagai contoh, di Italia terdapat beberapa lembaga dan universitas yang menyelenggarakan kursus dan studi bahasa Indonesia antara lain, Instituto Universitario  Orientale Napoli , Lembaga Ilmiah IsMEO/IsAo di Roma dan Milona, Lembaga Kebudayaan Istituto per l’Oriente di Roma, CELSO (Centro Lombardia Studi Orientele di Genova, dan Lembaga Tinggi Keagamaan milik Vatikan, Ponrificia Universita Gregoriana (Soenoto, 1998: 1-2)

B.     Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang  di atas, permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.   Apa sajakah  kesalahan berbahasa Indonesia yang dilakukan oleh para pembelajar Bahasa Indonesia sebagai bahasa asing?
2.   Bagaimanakah alternatif strategi pengajaran remedi untuk mereduksi kesalahan-kesalahan berbahasa tersebut?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kesalahan Keefektifan Kalimat
Kalimat-kalimat yang dibuat pembelajar tidak efektif karena tidak adanya kesatuan informasi/arti dan bentuk. Kalimat yang dibuat mengandung lebih dari satu kesatuan informasi sehingga sering menimbulkan kerancuan dan ketidaktepatan arti.  Bahkan, ada banyak pernyataan yang hanya berisi jajaran kata-kata saja tanpa arti yang jelas sehingga tidak membentuk sebuah kalimat yang utuh dari segi bentuk dan maknanya. Ada 422 kalimat dengan tipe ini. berikut ini beberapa contoh pernyataan-pernyataan tersebut beserta alternatif pembenarannya.

Contoh-contoh  kesalahan keefektifan kalimat:
(1)    Sering keluarga yang dari daerah pedalaman tinggal di luar kota lama dan banyak adalah petani.
(2)    Setelah itu, kendi adalah sedia untuk membakar dengan teknik ada primitiv sekali.
(3)    Menduduki dalam lingkaran tertawa, makanan, menyanyikan dengan ibu, tutor-tutor dan temannya beristirahat nanti hari ini mengunjungi tempat-tempat lain di cuaca panas.
(4)    Kami juga mengunjungi orang Jawa di pabrik batik ialah pengalaman lain yang saya mau itu paling baik supaya melihat-lihat jenis berbeda batik.
(5)    Bagaimanapun dewasa ini pemerintah saya mempunyai dana perwalian  dan suatu doktor bisa pekerjaan banyak alternatif ke obat yang modern, misalnya chiropractice, acupunture, aromatherapy, ahli pengobat dengan menggunakan kebatinan (faith healing) reflexology dan hypnotherapy.
Alternatif pembenarannya:
(1)    Keluarga dari daerah pedalaman, yang sebagaian besar adalah petani,  sering tinggal di luar kota untuk waktu yang lama.
(2)    Setelah itu, kendi tersebut siap untuk dibakar dengan teknik tradisional.
(3)    Setelah mengunjungi beberapa tempat, kami dan para tutor beristirahat dengan duduk  melingkar sambil menyanyi, bercanda, dan makan makanan yang disiapkan oleh ibu itu.
(4)    Kami  mengunjungi orang Jawa di pabrik batik untuk melihat jenis-jenis batik yang berbeda. Kegiatan itu merupakan  pengalaman lain yang paling baik bagi kami.
(5)    Dewasa ini, pemerintah saya mempunyai dana perwalian yang memungkinkan seorang dokter bisa memadukan pengobatan  alternatif dengan  obat yang modern seperti,  chiropractice, acupunture, aromatherapy, faith healing, eflexology dan hypnotherapy.

B.     Kesalahan Pemilihan Kata
Sebuah kata mengemban peran yang penting dalam sebuah kalimat/tuturan karena  arti atau makna sebuah kalimat dapat dibangun dengan pemilihan kata yang tepat. Apabila terjadi kesalahan pemilihan kata  maka akan terjadi pergeseran  arti/ makna kalimat, tidak sebagaimana diinginkan oleh penulisnya.  Bagi pembaca, kesalahan tersebut akan menimbulkan kesalahpaham atas arti/makna yang dimaksudkan penulis.
 Penelitian ini memberi gambaran yang jelas bahwa para pembelajar BIPA banyak melakukan        kesalahan dalam pemilihan kata ketika mereka menyusun kalimat-kalimat dan atau paragraf. Dari analisis data, terdapat 228 kesalahan dalam pemilihan kata. Kesalahan yang mereka lakukan meliputi (1) penggunaan kata yang benar-benar tidak tepat  untuk suatu konteks kalimat tertentu (2) penggunaan kata yang tidak lazim dalam konteks masyrakat Indonesia (3) pengunaan sinonim kata yang tidak tidak benar-benar tepat sebagaimana dituntut konteks kalimat tertentu (4) kerancuan dalam penggunaan kata-kata yang mirip, seperti penggunaan ada dan adalah , mudah dan murah, dsb. (5) penggunaan kata-kata yang merupakan hasil terjemahan secara harafiah dan (6) kesalahan penggunaan kata  terjemahan  yang bersinonim, seperti kata to leave yang terjemahan bahasa Indonesianya meninggalkan  dan berangkat. Pasangan kata seperti inilah yang sering dikacaukan dalam penggunaannya.
Beberapa kata yang  kesalahan pemakaiannya cukup sering adalah kata ada   yang dikacaukan dengan kata  adalah; penggunaan pronomina kita  dengan  kami (yang dalam bahasa Inggris ‘us’); kata  berangkat dengan kata meninggalkan; kata cara dengan kata secara;  kata tidak  dengan kata  bukan; kata ada  dengan kata mempunyi. Beberapa contoh kesalahan pembelajar dalam memilih kata di paparkan di bawah ini.

Contoh kesalahan pemilihan kata:
(1)    Situasi ini pusing untuk anak-anak dan bisa sangat mempengaruhi mereka.
(2)    Saya berbicara dengan sopir sambil naik. Dia ada sopir untuk enam tahun.
(3)    Adalah banyak penjual dan pembeli dalam pasar.
(4)    Kami berangkat SMA 3 kira-kira pada jam sepuluh malam.
(5)    Jam empat kami berangkat Hotel Radisson pergi ke Prambanan Temple.
(6)    Setelah itu bis mengambilkan kami ke tempat yang ramai.
(7)    Di Inggris masalah-masalah dengan disiplin sedang lebih jelek, misalnya kemangkiran dari sekolah, kedatangan yang terlambat dan kekerasan.
(8)    Menurut tradisi, orang Batak adalah petani nasi tetapi pada waktu sekarang ekonomi Batak sangat beruntung pada karet dan kopi. A

Alternatif pembenarannya:
(1)    Situasi ini membingungkan anak-anak dan  sangat mempengaruhi mereka.
(2)    Saya berbicara dengan sopir ketika sudah di dalam taksi. Dia sudah menjadi sopir selama enam tahun.
(3)    Ada banyak penjual dan pembeli di dalam pasar itu.
(4)    Kami meningglkan SMA 3 kira-kira pada jam sepuluh malam.
(5)    Pada jam empat, kami berangkat dari  Hotel Radisson dan  pergi ke Candi Prambanan.
(6)    Setelah itu, sopir bis mengantar kami ke tempat yang ramai.
(7)    Di Inggris, masalah disiplin  lebih jelek, misalnya ketidakhadiran ke sekolah,  keterlambatan masuk sekolah  dan  kekerasan.
(8)    Menurut tradisi, orang Batak adalah petani padi, tetapi  sekarang ekonomi masyrakat Batak lebih baik dengan perkebunan karet dan kopi. 
C.    Kesalahan Penggunaan Afiks
Kesalahan penggunaan afiks yang ditemukan cukup beragam. Ada banyak ketidaktepatan dalam menentukan afiks yang akan digunakan dalam proses verbalisasi maupun nominalisasi. Afiks - afiks tersebut sering digunakan terbalik-balik, misalnya seharusnya memakai afiks me- tetapi menggunakan afiks ber- dan demikian pula sebaliknya. Ketidaktepatan tersebut akan berakibat tidak tepatnya sense  kalimat yang dibentuk dan bergesernya arti kalimat tersebut.
Kesalahan lain yang intensitasnya cukup sering dilakukan adalah penggunaan afiks me- yang dikacaukan pemakaiannya dengan afiks ber- sejumlah 12 kesalahan. Jumlah ini selisih satu kesalahan dibandingkan dengan kesalahan penggunaan afiks me- yang dikacaukan dengan penggunaan verba bentuk dasar dan verba bentuk dasar + -i. Kesalahan lain yang intensitas terjadinya relatif sering adalah penggunaan afiks me- yang dikacaukan dengan afiks me-....-kan, afiks me-....-kan yang dikacaukan penggunaannya dengan afiks ber-, dan penggunaan verba bentuk dasar yang dikacaukan pemakaiannya dengan afiks ber

Contoh kesalahan-kesalahan penggunaan afiks:
(1)    Saya nikmat perjalan di Indonesia.
(2)    Kalau orang tua perceraian, anaknya sering tinggal dengan ibunya.
(3)    Ketika saya membaca tentang perkelahian pelajar, saya mengherankan.
Alternatif pembenarannya:
(1)          Saya menikmati perjalanan  di Indonesia.
(2)          Kalau orang tua bercerai, anak-anaknya sering tinggal bersama ibunya.
(3)          Ketika saya membaca berita tentang perkelahian pelajar, saya heran.

D.    Kesalahan karena Tidak Lengkapnya Fungsi Kalimat
Kesalahan-kesalahan ini berupa ketidaklengkapan fungsi kalimat yang meliputi tidak adanya subjek, predikat yang tidak jelas, dan penghilangan objek  pada predikat berverba transitif. Kesalahan tipe ini berjumlah 113 buah. Kesalahan tersebut terbagi atas 49 kesalahan karena tidak bersubjek, 45 kesalahan karena predikat yang tidak jelas, dan 19 kesalahan karena tidak adanya objek pada predikat yang berverba transitif. Berikut ini akan disajikan contoh kesalahan-kesalahan tersebut.
Contoh kesalahan karena tidak bersubjek: 
(1)          Di keraton menarik dan indah tetapi cuaca lembab dan panas.
(2)          Menurut  orang wawancara di Indonesia ada yang bermacam-macam di dapatkan daerah ke daerah.
(3)          Untuk saya mengerti bagaimana mahasiswa mahasiswa tentang pendidikan Indonesia dan khususnya pengajaran Bahasa Inggris.
Alternatif pembenarannya,
(1)          Keraton Yogyakarta  menarik dan indah tetapi cuaca hari ini  lembab dan panas.
(2)           Menurut  orang yang saya wawancarai,   Indonesia mempunyai  bermacam-macam kesenian yang berbeda di setiap  daerah.
(3)          Saya mengerti pendapat para mahasiswa tentang pendidikan di
Contoh kesalahan karena predikat kalimat yang tidak jelas
(1)          Lebih dari itu, Aromatheraphy ini untuk ketegangan dan kesantaian, ini lebih baik membakar minyak di dalam kamar.
(2)          Umumnya kenakalan remaja dari rumah atau keluarga rusak.
(3)          Dulu sebagian besar guru di Tim-tim dari pulau-pulau di Indonesia, tetapi sekarang mereka berangkat dari Tim Tim dan tidak cukup guru untuk sekolah di sana.
Alternatif pembenarannya:
(1)          Lebih dari itu, Aromatheraphy ini berfungsi untuk menghilangkan ketegangan dan menciptakan rasa santai. Ini dilakukan dengan membakar minyak wangi  di dalam kamar.
(2)          Umumnya, kenakalan remaja bermula dari keluarga yang tidak harmonis.
(3)          Dulu, sebagian besar guru di Tim-Tim berasal dari berbagai pulau di Indonesia, tetapi sekarang mereka meninggalkan  Tim-Tim sehingga tidak ada cukup banyak guru untuk sekolah-sekolah  di sana.
Contoh-contoh  kesalahan karena tidak adanya objek dalam kalimat yang berpredikat verba transitif.
(1)          Saya menikmati banyak sekali.
(2)          Seorang anak jalanan berbicara kepada saya kalau orang tua angkat mengusir ketika dia berumur sepuluh.
(3)          Upacara ini menunda sampai kelurga bisa mempunyai kadang-kdang ada beberapa bulan.
Alternatif pembenarannya:
(1)    Saya sangat menikmati perjalanan ini.
(2)    Seorang anak jalanan berbicara kepada saya bahwa orang tua angkatnya mengusir dia  ketika dia berumur sepuluh tahun.
(3)    Upacara ini ditunda beberapa bulan sampai keluarga mempunyai cukup banyak uang.


E.     Kesalahan karena Penggunaan Preposisi yang Tidak Tepat
Kesalahan penggunaan preposisi ini berupa pemakaian preposisi yang tidak tepat dalam kalimat, tidak dipakainya preposisi dalam kalimat yang menuntut adanya preposisi, dan pemakaian preposisi yang tidak perlu dalam suatu kalimat. Dari analisis data, terungkap ada 52 kesalahan dalam hal penggunaan preposisi. Kesalahan tersebut terbagi atas 29 kesalahan pada pemakaian preposisi yang tidak tepat, 14 kesalahan karena tidak adanya preposisi dalam kalimat yang menuntut adanya preposisi, dan 9 kesalahan penggunaan preposisi yang tidak perlu. Berikut ini akan disajikan beberapa contoh kesalahan-kesalahan  penggunaan preposisi tersebut.

Contoh kesalahan penggunaan preposisi yang tidak tepat:
(1)               Banyak barang-barang dibeli oleh toko-toko pakaian, makanan, tas, dan lain-lain.
(2)               Sebelum makan siang saya menjadi kuat oleh minum jamu yang “sehat pria”.
(3)               Saya kembali di hotel Radisson naik bis kecil.
Contoh kesalahan karena tidak adanya preposisi:
(1)   Kami pergi Pabrik Batik untuk mengerti tentang proses batik.
(2)   Kemudian, kami berjalan kaki terus Jl. Malioboro ke supermarket.
(3)   Hari ini kelompok semua pergi Sultan Palace naik bis besar.
Contoh kesalahan penggunaan preposisi yang tidak perlu:
(1)   Kehidupan di guru-guru tidak mudah ataukah Anda bekerja di Indonesia atau Skotlandia di mana saya tinggal.
(2)   Saya hanya harap, dengan semua Indonesia penduduk ingat dia dalam sejarah seorang yang membantu Indonesia menang kemerdekaan dari dua-duanya pemerintah Jepang dan pemerintah Belanda.
(3)   Mereka harus ada ‘catalytic conventer’ dalam juga supaya gas yang beracun akan mengurangi.
(11)           yang bernama Golkar.

Alternatif pembenarannya:
(1)               Banyak barang dapat dibeli di toko-toko itu seperti,  pakaian, makanan, tas, dan lain-lain.
(2)               Sebelum makan siang, saya menjadi kuat karena minum jamu  “sehat pria”.
(3)               Saya kembali ke hotel Radisson naik bis kecil.

F.     Kesalahan Urutan Kata
Urutan kata dimaksudkan sebagai susunan kata untuk membentuk tataran yang lebih tinggi. Dalam bahasa Indonesia, pada umumnya, sesuatu yang diterangkan berada di depan yang menerangkan. Namun demikian, sering terjadi kesalahan dalam urutan ini. Dari hasil analisis data penelitian ini, ada 74 kesalahan dalam hal urutan kata. Para pembelajar melakukan pembalikan atas urutan kata sebagaimana terlihat dalam beberapa contoh di bawah ini.

Contoh kesalahan dalam urutan kata:
(1)    Hari ini, menarik hari.
(2)    Keluarga adalah sosial  kesatuan yang paling penting bagi orang Batak Toba.
(3)    Bernama ini ‘Ngelangkahi’.
Alternatif pembenarannya:
(1)    Hari ini adalah hari yang menarik.
(2)    Keluarga adalah  kesatuan sosial  yang paling penting bagi orang Batak Toba.
(3)    Ini bernama ‘Ngelangkahi’.
(4)     
G.    Kesalahan Penggunaan Konstruksi Pasif
Konstruksi pasif bahasa Indonesia dapat dibentuk dengan pronomina orang pertama, kedua, dan ketiga  yang mempunyai dua pola yang berbeda. Pola pertama dapat dibentuk dari pola aktif S + me- bentuk asal - (sufiks) + O menjadi pola pasif O + S + bentuk asal- (suifks) untuk pronomina orang pertama, kedua, dan ketiga. Pola kedua dapat dibentuk dari pola aktif  S + me- bentuk asal- (sufiks) + O menjadi pola pasif O + di - bentuk asal- (sufiks) + (oleh) +  S  hanya untuk pronomina orang ketiga.
Kesalahan penggunaan konstruksi pasif yang terungkap dari penelitian ini relatif banyak, 37 konstruksi. Kesalahan ini terdiri atas tujuh  kesalahan penggunaan konstruksi pasif pola pertama, dan 30 kesalahan penggunaan konstruksi pasif pola kedua.  Kesalahan penggunaan konstruksi pasif bentuk kedua ini terjadi karena kesalahan penggunaan afiks-afiks pembentuk konstruksi aktif-pasif. Di bawah ini beberapa contoh kesalahan-kesalahan tersebut.

Contoh kesalahan penggunaan konstruksi pasif:
(1)               Mesjid ini membuat untuk Sultan pertama.
(2)               Di dalam  temple ada banyak kemenyan juga membakar.
(3)               Tempat pemujaan ketiga kami mengunjungi adalah mesjid.
Alternatif pembenarannya:
(1)               Mesjid ini dibuat untuk Sultan pertama.
(2)               Di dalam  temple, ada banyak kemenyan dibakar.
(3)               Tempat pemujaan ketiga yang kami kunjungi adalah mesjid.

H.    Kesalahan Penggunaan Konjungsi
Konjungsi berfungsi sebagai penghubung frasa dan klausa dalam kalimat. Selain itu, konjungsi juga berfungsi sebagai penghubung antarkalimat dalam suatu paragraf. Kesalahan penggunaan konjungsi ini akan berakibat tidak jelasnya makna kalimat karena hubungan antarfrasa dan antarklausa tidak jelas. Ada 25 kesalahan penggunaan konjungsi yang terungkap dalam penelitian ini.  Kesalah yang cukup menonjol adalah penggunaan konjungsi bahwa  dan  walaupun , masing-masing 9 dan 5 kesalahan. Kesalahan-kesalah yang lain tersebar untuk konjungsi-konjungsi yang lain. Contoh kesalahan-kesalahan tersebut dipaparkan di bawah ini.


Contoh kesalahan penggunaan konjungsi:
(1)    Guru-guru ada perteman sambil semua murid berjalan-jalan dan berbicara dengan teman di sekolahnya.
(2)    Gereja ini membagun dengan uang dari orang-orang bahwa menghadiri gereja ini.
(3)    Oleh sebabnya, apabila dihadapkan pada praktek di lapangan kerja, didikan kurang memuaskan.

Alternatif pembenarannnya:
(1)    Guru-guru sedang mengadakan perteman ketika semua murid berjalan-jalan dan berbicara dengan teman di halaman sekolah.
(2)    Gereja ini membagun dengan uang dari orang-orang yang menghadiri gereja ini.
(3)    Apabila dihadapkan pada praktek di lapangan kerja, anak didik kurang memuaskan.

I.       Kesalahan Penggunaan  yang’
Kesalahan pemakaian ‘yang’  yang dilakukan pembelajar BIPA relatif banyak yaitu 15 kesalahan. Kesalahan yang dilakukan berupa penggunaan yang  dalam kalimat yang tidak memerlukan  yang’  dan sebaliknya ‘yang’  tidak digunakan ketika kalimat-kalimat memerlukan yang untuk memperjelas makna kalimat tersebut.

Contoh kesalahan penggunaan’ yang’:
(1)    Menurut teman saya, TKA mempunyai peran yang pentiing sekali di dalam bisnis dan proyek-proyek karena bisa membantukan masyarakat dan prasarana lokal
(2)    Hampir semua segi bahwa saya mencari bisa yang dihubungan dengan seluruh Indonesia.


Alternatif pembenarannya:
(1)    Menurut teman saya, TKA mempunyai peran penting sekali di dalam bisnis dan proyek-proyek karena bisa membantu masyarakat dan prasarana lokal.
(2)    Hampir semua segi yang  saya temukan bisa dihubungan dengan seluruh Indonesia.
(3)    Saluran TV ini adalah saluran swasta dan mereka bisa mempertunkukan semua hal yang merek mau.
(4)    Oleh karena itu, pers Inggris tidak diperbolehkan  melaporkan satupun tentang  buku ini.
(5)    Suku Dani masih hidup secara primitif.

J.      Kesalahan Pembentuk Jamak
Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia dapat dibentuk dengan mengulang nomina, penggunaan numeralia,  dan penggunaan penanda jamak seperti, beberapa, sejumlah, para, banyak, sedikit, dsb. Apabila bentuk-bentuk itu digunakan nomina yang bersangkutan harus dalam bentuk tunggal. Contohnya, buku-buku, 125 buku, beberapa buku.
Kesalahan dalam hal ini adalah pemakaian bentuk beruntun ketika mereka membuat bentuk jamak. Mereka memakai penanda jamak tetapi nomina tetap diulang atau sebaliknya ada penanda tunggal tetapi nominanya jamak. Berikut ini beberapa contoh untuk mendukung penjelasan di atas.

Contoh kesalahan penggunaan bentuk jamak:
(1)    Kami didampingi oleh guru pribadi naik bis ke bermacam-macam trmpat-tempat wisata seperti Keraton, Taman Sari, pasar burung yang terletal di belakang Taman Sari.
(2)    Saya membicarakan dengan beberapa mahasiswa yang keluarganya tidak mampu untuk mengirimi semua anak-anakny ke universitas.
(3)    Di Inggris, guru-guru merasa bahwa mereka menerima gajinya yang rendah dan banyak guru-guru berangkat untuk pekerjaan yang lain.
(4)    Contohnya , kalau sesuatu suku-suku ingin pendidikan atau gereja, dan dokter, mereka seharusnya diberikan itu.
(5)    Banyak pabrik-pabrik sudah ditutup karena ada lebih murah  untuk membuat barang-barang di negeri asing seperti negeri-negeri Timur karena alasan penggangguran ada lebih kejahatan daripada banyak tahhun yang lalu.

Alternatif pembenarannya:
(1)    Kami didampingi oleh guru pribadi naik bis ke bermacam-macam tempat wisata seperti,  Keraton, Taman Sari, dan pasar burung yang terletak di belakang Taman Sari.
(2)    Saya berbicara dengan beberapa mahasiswa yang keluarganya tidak mampu menyekolahkan  semua anaknya ke universitas.
(3)    Di Inggris, guru-guru merasa bahwa mereka menerima gaji yang rendah dan banyak guru meninggalkan profesi itu untuk mencari pekerjaan yang lain.




BAB III
P E N U T U P
KESIMPULAN
Kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia para pembelajar BIPA di Indonesian Language and Culture Intensive Course (ILCIC), P3 Bahasa kurun waktu 1999-2000 telah teridentifikasi. Kesalahan-kesalahan tersebut meliputi:  ketidakefektifan kalimat sebanyak 422 kesalahan,  kesalahan pemilihan kata sebanyak 228, kesalahan penggunaan afiks sebanyak 203 kesalahan, tidak lengkapnya fungsi-fungsi kalimat sebanyak 113, kesalahan pemakaian preposisi sebanyak 52,  pembalikan urutan kata sebanyak 74 kesalahan, penggunaan konstruksi pasif  sebanyak 37, kesalahan pemakaian konjungsi sebanyak 25, ketidaktepatan pemakaian  yang  ada 17 kesalahan, dan  kesalahan dalam pembentukan jamak  sebanyak 9 kesalahan. Jadi kesalahan mencolok terjadi pada pembuatan kalimat yang efektif disusul kesalahan pemilihan kata, pemakaian afiks, dan tidak lengkapnya fungsi-fungsi dalam kalimat.
Kesalahan-kesalahan tersebut diharapkan dapat tereduksi dengan beberapa langkah pembelajaran remedi yang berupa pemberian informasi tentang kesalahan-kesalahan berbahasa yang dilakukan pembelajar, koreksi secara berpasangan dan koreksi individual, pemberian contoh-contoh yang benar atas kesalahan-kesalahan yang terjadi, pemberian deretan-deretan morfologis dan kata-kata bersinonim dalam konteks, serta diskusi bersama pembelajar tentang penyebab kesalahan berbahasa yang mereka lakukan.
                                                                       



DAFTAR PUSTAKA



Brindley, Geoff (Ed). 1990. The Second Language Curriculum in Action. Sydney NSW : Macquarie University Press.

Dardjowidjodjo, Soenjono. 1995. “Masalah dalam Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing di Indonesia”. Kongres Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing , 28-30 Agustus 1995 di Universitas Indonesia, Jakarta.

Ellis, Rod. 1986. Classroom Second Language Development. Oxford : Pergamon Press.

George, H.V. 1972. Common Errors in Language Learning ; Insight From English. Massachusetts : Newbury House Publisher.

Johnson, Donna M. 1992. Approaches to Research in Second Language Learning. New York: Longman Publishing Group.

Lightbown, Patsy M dan Nina Spada. 1999. How Languages Are Learned (Revised Edition). Oxford : Oxford University Press

Munawarah, Sri. 1996. “Kesalahan Penulisan yang Dilakukan Penutur Asing dalam Belajar Bahasa Indonesia”. Konferensi Internasional II Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA II). 29 Mei - 1 Juni 1996 di Padang.

Nimmanupap, Sumalee. 1998. “Pengajaran Bahasa Indonesia untuk pembelajar Asing di Thailand”, Makalah Kongres Bahasa Indonesia VII, Jakarta, 26-30 Oktober 1998.