Jumat, 10 Juni 2011

peserta didik

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan, perkembangan seseorang berlangsung sejak dilahirkan sampai dengan mati. Memiliki arti kuantitatif atau segi jasmani bertambah besar bagian-bagian tubuh. Kualitatif atau psikologis bertambah perkembangan intelektual dan bahasa (Siti Rahayu). Pertumbuhan dan perkembangan dicakup dalam kematangan. Manusia disebut matang jika fisik dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai pada tingkat tertentu (Langeveld).
Konsep pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara interpendensi saling bergantung satu sama lain. Tidak bisa dipisahkan tetapi bisa dibedakan untuk memperjelas penggunaannya (Sunarto, 1999). Perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh adanya pertumbuhan jika seorang individu mengalami pertumbuhan yang baik maka perkembangan akan baik pula. Pernyataan ini berbanding lurus dengan H.M. Arifin tentang perkembangan, bahwa perkembangan diprasyarati oleh adanya pertumbuhan, oleh karena itu pertumbuhan sangatlah mendukung perkembangan seseorang (Diah Puji, 2009).
Fase perkembangan individu tidak terlepas dari proses pertumbuhan individu itu sendiri. Perkembangan pribadi individu meliputi beberapa tahap atau periodisasi perkembangan, antara lain perkembangan berdasarkan analisis Biologis, perkembangan berdasarkan Didaktis, perkembangan berdasarkan psikologis. Fase perkembangan Biologis merupakan perubahan kualitatif terhadap struktur dan fungsi-fungsi fisiologis atau pembabakan berdasarkan keadaan atau proses pertumbuhan tertentu. Fase perkembangan dedaktis dapat dibedakan menurut dua sudut tujuan, yaitu dari sudut tujuan teknis umum penyelenggara pendidikan dan dari sudut tujuan teknis khusus perlakuan pendidikan. Fase perkembangan psikologis merupakan pribadi manusia dimulai sejak masa bayi hingga masa dewasa.
Aspek – aspek perkembangan individu meliputi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama. Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual (kecerdasan) atau daya pikir merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situas baru atau lingkungan pada umumnya. Sosial, setiap individu selalu berinteraksi dengan lingkungan dan selalu memerlukan manusia lainnya. Emosi merupakan perasaan tertentu yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan yang lain. Moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Agama merupakan kepercayaan yang dianut oleh individu.
Untuk efisiensi waktu, maka penulis membatasi penulisan ini pada perkembangan peserta didik fase remaja SMA aspek moral. Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat (Konopka, dalam Pikunas, 1976; Kaczman & Riva, 1996). Apabila gagal dalam tugas perkembangannya, dalam mengembangkan rasa identitasnya.

B. Tujuan Penulisan

Dengan   memperhatikan   latar   belakang   dan   rumusan   masalah,   maka   tujuan
masalah adalah :
1.      Untuk mengetahui deskripsi perkembangan peserta didik.
2.      Untuk mengetahui analisis kasus perkembangan peserta didik aspek moral.
3.      Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi perkembangan peserta didik aspek moral.
4.      Untuk mengetahui dampak hasil perkembangan peserta didik aspek moral.








BAB II
PEMBAHASAN MAKALAH

A. Deskripsi Umum Perkembangan Peserta Didik
  1. Konsep tentang Perkembangan
Psikologi perkembangan merupakan cabang psikologi yang mempelajari perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan individu dari mulai masa konsepsi sampai mati.
Seseorang yang mempelajari psikologi perkembangan berarti sedang mempelajari proses perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia. Ada dua hal yang penting dalam perubahan psikologi perkembangan, yaitu pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development) (Dariyo, 2007: 19).
Berdasarkan pengertian diatas, penulis merangkaikan pengertian perkembangan secara umum sebagai suatu proses perubahan menuju kesempurnaan. Perkembangan berkaitan dengan perubahan kuantitatif dan kualitatif yang terjadi pada individu yang tidak dapat diulang, bersifat progresif teratur dan berlangsung secar bertahap serta terdiri dari beberapa fase (bayi, balita, anak, remaja, dewasa, tua). Adapun tujuan perkembangan adalah pencapaian kemampuan, upaya menjadi orang yang baik secara fisik dan mental.

2.      Fase Perkembangan Remaja
Karena remaja sulit didefinisikan secara mutlak, maka penulis mendefinisikan pengertian remaja dari sudut pandang batasan remaja menurut WHO. Remaja adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembangan dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya (fisik) sampai saat ia mencapai kematangan seksual serta mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangman, yang dikutip oleh Sarlito, 1991: 9).
Perubahan fisik yang terjadi merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Pertumbuhan badan menjadi lebih tinggi dan panjang, mulai berfungsinya alat reproduksi (ditandai dengan haid pada anak perempuan dan mimpi basah pada anak laki-laki) serta tanda-tanda seksual sekunder yang mulai tumbuh.
Secara umum batasan usia remaja adalah sekitar 13 – 21 tahun. Masa remaja menghadapi kondisi pencarian identitas. Remaja berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya di masyarakat dan cenderung merasa tidak puas dengan keberadaan dirinya, sehingga berusaha untuk menarik perhatian dari lingkungan.
Diantara remaja yang sukses dan berprestasi ada beberapa remaja yang melewati masa remajanya dengan tidak sukses, dengan kata lain remaja bermasalah. Remaja bermasalah tidak mampu menyaring berbagai pengaruh buruk lingkungan di sekitarnya. Disinilah peran orang tua sebagai pendidik utama perlu mengerti dan memahami proses tumbuh kembang anak remajanya sehingga dapat berperan aktif untuk membimbing, mengarahkan dan mengantarkan mereka ke posisi yang harmonis dalam masyarakat menuju puncak kebahagiaan.
Aspek – aspek perubahan pada fase remaja :
a.                  Aspek fisik
Meliputi perubahan hormonal :
v     Fungsi reproduksi
v     Ciri seksual sekunder
v     Perubahan fisik (tidak seimbang)
v     Perubahan suara
v     Peningkatan energi
b.                  Aspek psikologis
v     Meningginya dorongan perasaan kaku atau ego, sehingga cenderung menentang terhadap otoritas, senang protes, membangkang, mengkritik, egois dan egosentris.
v     Emosi mudah meluap, perasaan diri merasa “super”
v     Konflik emosional, suasana hati mudah berubah
v     Mencari identitas atau jati diri, senang tampil beda, suka mode, mulai merokok, suka kebut-kebutan, membual, berpetualang
v     Meningkatnya fungsi kognisi, besar rasa ingin tahu, idealisme tinggi
v     Ketertarikan terhadap lawan jenis
v     Kebutuhan narsistik (cinta pada diri sendiri)
3.                    Aspek – aspek perkembangan remaja
Semua individu khususnya remaja akan mengalami perkembangan baik fisik maupun psikis yang meliputi aspek-aspek intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama.
(a)  Perkembangan Fisik
Dalam perkembangan remaja, perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik. Tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder.
v     Ciri – ciri seks primer :
1.      Remaja pria
Ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan statis pada tahun pertama dan kedua, kemudian pada tahun berikutnya tumbuh lebih lambat dan akan mencapai ukuran pada usia 20 – 21 tahun. Matangnya organ – organ seks yang memungkinkan remaja pria yang berusia sekitar 14 – 15 tahun mengalami mimpi basah.
2.  Remaja wanita
Ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina dan ovarium (indung telur). Ovarium menghasilkan ovum dan mengeluarkan hormon-hormon yang diperlukan untuk kehamilan, menstruasi dan perkembangan seks sekunder. Pada usia 11 – 15 tahun, menstruasi pertama sering ditandai dengan sakit kepala, sakit pinggang, kadang kejang, lelah, depresi dan mudah tersinggung.

(b) Perkembangan Psikis
  1. Aspek Intektual
Perkembangan intelektual (kognitif) pada remaja bermula pada umur 11 atau 12 tahun. Remaja tidak lagi terikat pada realitas fisik yang konkrit, remaja mulai mampu berhadapan dengan aspek-aspek yang hipotesis dan abstrak dari realitas. Bagaimana dunia ini tersusun tidak lagi dilihat sebagai satu-satunya alternatif yang mungkin terjadi, misalnya aturan-aturan dari orang tua, status remaja dalam kelompok sebayanya dan aturan-aturan yang diberlakukan padanya tidak lagi dipandang sebagai hal-hal yang mungkin berubah.
Kemampuan-kemampuan berpikir yang baru ini memungkinkan individu untuk berpikir secara abstrak, hipotesis dan kontrafaktual, yang nantinya akan memberikan peluang pada individu untuk mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala hal.

  1. Aspek Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial atau proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi. Meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. Aspek ini meliputi kepercayaan akan diri sendiri, berpandangan objektif, keberanian menghadapi orang lain, dan lain-lain.
Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau percintaan. Pada masa ini berkembangan sikap cenderung menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Ada lingkungan sosial remaja (teman sebaya) yang menampilkan sikap dan perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan misalnya: taat beribadah, berbudi pekerti luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga beberapa remaja yang terpengaruh perilaku tidak bertanggung jawab teman sebayanya, seperti : mencuri, free sex, narkotik, miras, dan lain-lain. Remaja diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Berikut ini ciri-ciri penyesuaian sosial remaja, diantaranya :
Ø      Di Lingkungan Keluarga
o       Menjalin hubungan yang baik dengan orang tua dan saudaranya
o       Menerima otoritas orang tua (menaati peraturan orang tua)
o       Menerima tanggung jawab dan batasan (norma) keluarga
o       Berusaha membantu anggaran kalau sebagai individu atau kelompok


Ø      Di Lingkungan Sekolah
o       Bersikap respek dan mentaati peraturan
o       Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah
o       Menjalin persahabatan dengan teman sebaya
o       Hormat kepada guru, pemimpin sekolah atau staf lain
o       Berprestasi di sekolah

Ø      Di Lingkungan Masyarakat
o       Respek terhadap hak-hak orang lain
o       Menjalin dan memelihara hubungan dengan teman sebaya atau orang lain
o       Bersikap simpati dan menghormati terhadap kesejahteraan orang lain
o       Respek terhadap hukum, tradisi dan kebijakan-kebijakan masyarakat.

  1. Aspek Emosi (Afektif)
Perkembangan aspek emosi berjalan konstan, kecuali pada masa remaja awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun) pada masa remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diselingi rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya. Pada masa remaja tengah rasa senang datang silih berganti dengan rasa duka, kegembiraan berganti dengan kesedihan, rasa akrab bertukar dengan kerenggangan dan permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir (18 – 21 tahun).
Pada masa remaja tengah anak terombang-ambing dalam sikap mendua (ambivalensi) maka pada masa remaja akhir anak telah memiliki pendirian, sikap yang relatif mapan. Mencapai kematangan emosial merupakan tugas yang sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan-lingkungan keluarga dan teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut kondusif maka akan cenderung dapat mencapai kematangan emosional yang baik, seperti adolesensi emosi (cinta, kasih, simpati, senang menolong orang lain, hormat dan menghargai orang lain, ramah) mengendalikan emosi (tidak mudah tersinggung, tidak agresif, optimis dan dapat menghadapi situasi frustasi secara wajar). Tapi sebaliknya, jika seorang remaja kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau pengakuan dari teman sebaya, maka cenderung mengalami perasaan tertekan atau ketidaknyamanan emosional, sehingga remaja bisa berealisi agresif (melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi, senang mengganggu) dan melarikan diri dari kenyataan (melamun, pendiam, senang menyendiri, meminum miras dan narkoba).

  1. Aspek Bahasa
Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi baik alat komunikasi lisan, tulisan, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat.

Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang, baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya lingkungan teman sebaya sedikit banyak lebih membentuk pola perkembangan bahasa remaja. Pola bahasa remaja lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya.
Pada umumnya remaja akhir lebih memantapkan diri pada bahasa asing tertentu, menggemari literatur yang mengandung nilai-nilai filosofis, etnis dan religius. Penggunaan bahasa oleh remaja lebih sempurna serta perbendaharaan kata lebih banyak. Kemampuan menggunakan bahasa ilmiah mulai tumbuh dan mampu diajak berdialog seperti ilmuwan.

  1. Aspek Moral
Perkembangan moral pada remaja menurut teori Kohlberg menempati tingkat III: pasca konvensional stadium 5, merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara remaja dengan lingkungan sosial. Ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial dan masyarakat. Pada tahap ini remaja lebih mengenal tentang nilai-nilai moral, kejujuran, keadilan kesopanan dan kedisiplinan. Oleh karena itu moral remaja harus sesuai dengan tuntutan norma-norma sosial.
Selain itu peranan orang tua sangat penting. Dalam membantu moral remaja, orang tua harus konsisten dalam mendidik anaknya, bersikap terbuka serta dialogis, tidak otoriter atau memaksakan kehendak.

  1. Aspek Agama
Pemahaman remaja dalam beragama sudah semakin matang, kemampuan berfikir abstrak memungkinkan remaja untuk dapat mentransformasikan keyakinan beragama serta mengapresiasikan kualitas keabstrakan Tuhan.
B.   Analisis Kasus Perkembangan Peserta Didik Aspek Moral
Nico Putra adalah siswa SMU Swasta di Jl. Ngaglik Surabaya, usianya 18 tahun dan menjadi otak penjambretan tas di lima lokasi di Surabaya. Dalam aksinya tersebut Nico dibantu oleh temannya yang usianya lebih tua darinya. Mereka adalah Eka Juni Prasetyo, 22 tahun dan Kukuh Yuli Prihartono, 22 tahun. Nico mengaku melakukan aksi kejahatan ini karena ingin dipandang sebagai orang kaya, meski faktanya dia hidup di tengah keluarga pas-pasan. Selain itu Nico juga mengaku ingin membuat senang sang pacar. Berikut ini kutipan pernyataan Nico “Orang tua saya tak mampu turuti semua keinginan saya seperti beli ponsel, pulsa atau sepeda motor, selain itu saya juga ingin membuat senang pacar saya”.

C. Faktor-Faktor  yang  Mempengaruhi  Perkembangan  Peserta  Didik  Aspek Moral
Perkembangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
Ø      Hereditas atau keturunan
Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Hereditas diartikan segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimilki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua.
Ø      Lingkungan
a)      Formal : lingkungan sekolah
Yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan latihan, membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya.
b)      Informal : lingkungan keluarga
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang bersifat universal artinya terdapat pada setiap masyarakat di dunia (universe) atau suatu sistem sosial yang terbentuk dalam sistem sosial yang lebih besar (Sudardja Adiwikarta (1988: 66-67) dan Salman & Shaffer (1995: 390 – 391)).
c)      Nonformal : masyarakat dan teman sebaya
Peranan masyarakat dan teman sebaya bagi remaja adalah memberikan kesempatan untuk belajar tentang bagaimana berinteraksi dengan orang lain, mengontrol tingkah laku sosial, mengembangkan ketrampilan dan minat yang relevan dengan usianya, saling bertukar perasaan dan masalah.
Masyarakat dan teman sebaya mempunyai kontribusi yang sangat positif terhadap kepribadian remaja. Namun disisi lain tidak sedikit remaja yang berperilaku menyimpang, karena pengaruh masyarakat dan teman sebaya. Glueck & Glueck menemukan bahwa 98,4% dari anak-anak nakal adalah akibat pengaruh anak nakal lainnya dan hanya 74% saja dari anak yang tidak nakal berkawan dengan yang nakal (M. Arifin, 1978: 131). Itu artinya pengaruh masyarakat dan teman sebaya sangat dominan terhadap remaja.
D.  Dampak Hasil Perkembangan Peserta Didik Aspek Moral
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dampak dari perkembangan pada Nico Putra (Nico) adalah :
Ø      Tidak diterima oleh lingkungan sekolah ( – )
Ø      Diterima oleh lingkungan keluarga ( + )
Ø      Tidak diterima oleh lingkungan masyarakat ( – )
Ø      Tidak diterima oleh lingkungan teman sebaya ( – )












BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN

Dari makalah ini penulis dapat menarik kesimpulan bahwa :
Ø      Perkembangan fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting dan ditandai dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga individu tersebut bisa bereproduksi dengan baik.
Ø      Perkembangan fase remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi: hereditas, lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, teman sebaya dan teman sepergaulan.
Ø      Faktor ekonomi keluarga juga berperan penting terhadap perkembangan remaja.
Ø      Orang tua yang mengalami tekanan ekonomi, cenderung mempengaruhi masalah remaja.
C. SARAN
Dengan mengucap syukur alhamdulillah pada Allah SWT penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tentunya masih jauh dari harapan, oleh karena itu penulis masih perlu kritik dan saran yang membangun serta bimbingan, terutama dari Dosen.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis, terutamanya :
Ø      Bagi remaja hendaknya mengetahui dan mempelajari tugas-tugas perkembangan dengan baik. Sehingga bisa menerapkan tugas-tugas perkembangan tersebut dengan sebaik-baiknya.
Ø      Bagi orang tua, hendaknya mengontrol tugas-tugas perkembangan anak yang belum diselesaikan dan membimbing, mengarahkan serta mengantarkan ke arah yang lebih positif.
Ø      Orang tua dan guru membantu menyelesaikan tugas perkembangan sehingga mencapai proses menjadi, yakni menjadi lebih baik dan lebih sempurna.
Ø      Masyarakat hendaknya menjadi kontrol sosial bagi para remaja yang mengalami degradasi moral.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Hendriati. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT. Refika Aditama. Dariya, Agoes. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung.
Sunarto dan Hartono, Agung. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
 www.wordpress.com. November 26, 2008. Faktor Kriminalitas Meningkatkan Angka Kematian di Indonesia.
Yusuf LN, Syamsul 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar